Penari Saman Asal Gayo Lues |
Dentuman suara tepukan
tangan-tangan mahir 14 orang pria malam itu seolah memecahkan kesunyian malam.
sekelompok laki-laki yang duduk sejajar itu mengenakan ikat kepala dan berbaju
khas gayo lues.
Ya, dengan acara yang bertajuk “kolaborasi
Saman jazz” yang diselenggarakan oleh Himpunan Pelajar Mahasiswa Gayo Lues
(HIPEMAGAS) ini sukses menarik ratusan penonton untuk hadir di malam tersebut,
Sabtu (07/12/2013)
Teriakan Histeris penonton malam
itu sukses membuat Gedung AAC Dayan Dawood seolah berguncang karena menyaksika
sebuah event yang akan menjadi sejarah pertama di dunia.
Namun sedikit mengecewakan, Acara
tersebut terpaksa tertunda beberapa menit karena beberapa kesalahan teknis dan
MC (Master of Ceremony) pun mencoba menenangkan penonton yang tidak sabar untuk
menyaksikan kolaborasi saman jazz.
Saat itu Daud Debu datang agak terlambat,
namun saat kedatangannya ke atas pentas, mayoritas perempuan di dalam gedung
tersebut langsung berteriak. Tak
dipungkiri, pesona sang personil debu ini memang sangat memikat.
Diawali dengan tut-tuts keyboard
yang di mainkan oleh jari-jari Elanda Yunita yang telah sejak lama mencintai
tari saman, dengan kemahirannya memainkan keyboard mampu membuat seluruh
manusia di Gedung tersebut terdiam karena terhipnotis oleh alunan nada yang
diolah oleh wanita yang lebih dikenal dengan nama Nita Aartsen tersebut.
Wanita kelahiran Jakarta Namun
juga memiliki darah Sumatera Barat ini mengawalinya dengan tempo yang lembut
nan syahdu.Sebelumnya ia memang telah mencintai dan mengagumi saman sejak lama,
dari hal tersebut ia cukup tahu banyak tentang saman. dan ini merupakan salah
satu perpaduan yang sangat dinamis . dan Nita sebagai satu-satunya perempuan diantara
musisi dipentas tersebut yang mengawali aroma jazz harus mengakomodasi musik
etnis. itu terjadi secara spontan ketika pihak operator menginstruksikannya
untuk membuka kolaborasi saman jazz ini.
“ya kita harus ikut yang
penarinya, harus tanggap dengan irama mereka juga” cerita nita saat ditemui
selepas acara tersebut.
Selanjutnya ketukan-ketukan sang
drummer legendaris, Budhy Haryono, menyatukan musik-musik modern dan etnis
tersebut serta disusul dengan 3 pemain lainnya, Agam Hamzah (guitar) yang juga
merupakan musisi berdarah Aceh, Adi Dharmawan (bass), serta Daud Debu dengan
permainan perkusinya. Gerakan-gerakan 14 orang pria penari saman itupun kian cepat sehingga tak satupun orang
dapat memalingkan matanya dari kejadian yang akan menjadi sejarah di dunia
musik ini.
setiap orang yang ada di dalam
gedung tersebut berusaha mengabadikan tiap detik moment penting tersebut,
berbagai macam bentuk dokumentasi video dan foto pun di lakukan. tak hanya
warga aceh, namun warga luar aceh serta internasional pun merekam moment ini.
Acara puncak ini berakhir tengah
malam dan setelah itu penonton banyak yang meninggalkan gedung, sehingga tempat
tersebut tidak seramai sebelumnya, padahal acara masih akan berlangsung hingga
pukul 04.00 WIB dini hari.
Namun keseluruhan dari acara itu
tak dapat dipungkiri adalah hal yang sangat berkesan bagi setiap mata yang
menyaksikannya dan merupakan suatu kebanggaan bagi saya dan beberapa teman lainnya yang tergabung dalam
sidom blogger
dapat berhadir serta mewawancarai beberapa musisi yang terlibat didalamnya.
Semoga ini menjadi langkah awal bagi perkembangan Sidomblogger kedepannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar