Senin, 09 Desember 2013

Kolaborasi Saman Jazz (Sebuah Sejarah Pertama di Dunia)



Penari Saman Asal Gayo Lues

Dentuman suara tepukan tangan-tangan mahir 14 orang pria malam itu seolah memecahkan kesunyian malam. sekelompok laki-laki yang duduk sejajar itu mengenakan ikat kepala dan berbaju khas gayo lues.
Ya, dengan acara yang bertajuk “kolaborasi Saman jazz” yang diselenggarakan oleh Himpunan Pelajar Mahasiswa Gayo Lues (HIPEMAGAS) ini sukses menarik ratusan penonton untuk hadir di malam tersebut, Sabtu (07/12/2013)

Teriakan Histeris penonton malam itu sukses membuat Gedung AAC Dayan Dawood seolah berguncang karena menyaksika sebuah event yang akan menjadi sejarah pertama di dunia.

Namun sedikit mengecewakan, Acara tersebut terpaksa tertunda beberapa menit karena beberapa kesalahan teknis dan MC (Master of Ceremony) pun mencoba menenangkan penonton yang tidak sabar untuk menyaksikan kolaborasi saman jazz.

Saat itu Daud Debu datang agak terlambat, namun saat kedatangannya ke atas pentas, mayoritas perempuan di dalam gedung tersebut langsung berteriak.  Tak dipungkiri, pesona sang personil debu ini memang sangat memikat.

Diawali dengan tut-tuts keyboard yang di mainkan oleh jari-jari Elanda Yunita yang telah sejak lama mencintai tari saman, dengan kemahirannya memainkan keyboard mampu membuat seluruh manusia di Gedung tersebut terdiam karena terhipnotis oleh alunan nada yang diolah oleh wanita yang lebih dikenal dengan nama Nita Aartsen tersebut. 

Wanita kelahiran Jakarta Namun juga memiliki darah Sumatera Barat ini mengawalinya dengan tempo yang lembut nan syahdu.Sebelumnya ia memang telah mencintai dan mengagumi saman sejak lama, dari hal tersebut ia cukup tahu banyak tentang saman. dan ini merupakan salah satu perpaduan yang sangat dinamis . dan  Nita sebagai satu-satunya perempuan diantara musisi dipentas tersebut yang mengawali aroma jazz harus mengakomodasi musik etnis. itu terjadi secara spontan ketika pihak operator menginstruksikannya untuk membuka kolaborasi saman jazz ini.
 
“ya kita harus ikut yang penarinya, harus tanggap dengan irama mereka juga” cerita nita saat ditemui  selepas acara tersebut.

Selanjutnya ketukan-ketukan sang drummer legendaris, Budhy Haryono, menyatukan musik-musik modern dan etnis tersebut serta disusul dengan 3 pemain lainnya, Agam Hamzah (guitar) yang juga merupakan musisi berdarah Aceh, Adi Dharmawan (bass), serta Daud Debu dengan permainan perkusinya. Gerakan-gerakan 14 orang pria penari saman  itupun kian cepat sehingga tak satupun orang dapat memalingkan matanya dari kejadian yang akan menjadi sejarah di dunia musik ini.

setiap orang yang ada di dalam gedung tersebut berusaha mengabadikan tiap detik moment penting tersebut, berbagai macam bentuk dokumentasi video dan foto pun di lakukan. tak hanya warga aceh, namun warga luar aceh serta internasional pun merekam moment ini.

Acara puncak ini berakhir tengah malam dan setelah itu penonton banyak yang meninggalkan gedung, sehingga tempat tersebut tidak seramai sebelumnya, padahal acara masih akan berlangsung hingga pukul 04.00 WIB dini hari.

Namun keseluruhan dari acara itu tak dapat dipungkiri adalah hal yang sangat berkesan bagi setiap mata yang menyaksikannya dan merupakan suatu kebanggaan bagi saya dan beberapa teman lainnya yang tergabung dalam
sidom blogger dapat berhadir serta mewawancarai beberapa musisi yang terlibat didalamnya. Semoga ini menjadi langkah awal bagi perkembangan Sidomblogger kedepannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar