Airan menangis |
t kanker yang menyerang bagian puupil mata, berbentuk tumor ganas primer pada anak yang tumbuh dengan cepat, dan berasal dari sel retina mata.
Berawal saat Airan Barat yang kerap disapa Airan berumur tujuh bulan,
adik dari Aina Safitri ini. pada matanya terdapat bintik kecil berwarna putih. Saat
itu kedua orang tuanya tidak begitu mempersoalkan, dan hanya membawa bayi
laki-lakinyay tersebut ke salah satu Puskesmas di kampung halamannya, Subulussalam.
Ahli kesehatan di Puskesmas yang memeriksa Airan saat itupun hanya memberikan
obat tetes mata biasa.
“Waktu itu orang di puskesmas ya Cuma kasih tetes mata biasa aja dan
tidak ada dibilang apa-apa yang lain. Kami juga pikir ini Cuma sakit mata biasa,”
ujar Siti.
Hari berganti hari, namun bintik putih di pupil mata balita kelahiran 14
September 2012 ini tak kunjung hilang, bahkan kelihatan semakin besar dan
merambah ke mata bagian kirinya.
Khawatir dengan keadaan indra penglihatan anaknya, dan karena kurangnya
pengetahuan serta penyuluhan kesehatan, kedua orang tuanya kembali membawa Airan,
kali ini bukan ke Puskesmas, melainkan ke salah satu orang pintar atau dukun
yang dipercaya oleh masyarakat dikampungnya dapat mengobati segala macam
penyakit.
Airan Barat (kanan) dan Ibunya (Kiri) |
Siti berkisah, Saat menjalani pengobatan pada dukun tersebut, mata airan
dijilat, diludahi oleh sang dukun dan diperintahkan untuk tidak makan makanan
tertentu. Bukan semakin sembuh, dukun yang diharapkan bisa mengobati malah
memberi petaka bagi bayi malang itu. Tak ayal, mata Airanpun semakin parah,
bukan hanya bintik putih lagi, matanya malah membengkak keluar sebesar bola
pingpong dan tak dapat melihat lagi.
“Kami kira bisa sembuh, tapi malah makin parah berobat ke dukun itu,
jadi ya pilihan terakhir kami adalah membawa Airan ke Banda Aceh,” Ujar Siti.
Di Rumah Sakit Umum Zainal Abidin (RSUZA) Banda Aceh, selama dua minggu
Airan diacuhkan dan tidak ditangani sedikitpun. Apa hendak dikata, kedua orang
tuanya hanya mengeluh tanpa bisa berbuat apapun karena kekurangan dalam hal
ekonomi. Mereka pun menginap di Rumah Singgah, yaitu sebuah gedung bekas Rumah
Sakit Umum lama yang diperuntukkan bagi pasien luar daerah yang tidak mampu,
Saat ini di RSUZA, Airan menjalani enam kali Kemotherapy. Dimulai dari
awal bulan Januari lalu, ia menjalani Kemo pertamanya. Layaknya Kemotherapy
pada orang dewasa, pasien ruang rambutan di Rumah Singgah inipun merasa sangat
kesakitan dan menangis sejadi-jadinya hingga ia sempat mengeluarkan air mata
berwarna merah. Ya, air mata darah keluar dari kedua matanya.
Kemo keduapun juga dijalaninya dengan sangat menyedihkan. Betapa tidak,
kembali lagi ia menangis sejadi-jadinya, tangan kirinya membiru akibat suntikan-suntikan
yang diterimanya, belum lagi berat badan dan Hb tubuhnya yang semakin berkurang drastis. Airan juga
tidak diperbolehkan dibawa keluar ruangan ataupun terkena kipas angin karena
takut matanya terinfeksi.
Pendiri GePeKa (Gerakan Peduli Kasih Anak Kanker) Aceh,
Ratna Eliza mengatakan, kini Airan hanya mengikuti Kemotherapy saja hingga kemo
yang keenam, karena pihak RSUZA tidak berani untuk menanganinya lebih lanjut. Hal
itu disebabkan keterbatasan pada alat dan dokter spesialis kanker anak di rumah
sakit itu.
Menurut Hasil Rongent, kedua mata Airan positif terkena kanker. Mata kanannya
sudah tidak bisa diselamatkan lagi karena sel kanker sudah merambat hingga ke
kepalanya. Namun mata kirinya masih ada kemungkinan dapat melihat. Saat inipun Ratna juga sedang berusaha untuk merujuk Putra
satu-satunya dari pasangan Siti dan Martono ini ke Jakarta, tapi semua itu
tergantung pada dokter yang menanganinya di Rumah Sakit ini.
“Kasihan Airan, maunya kalo memang mata kanannya tidak
bisa diselamatkan, setidaknya kita mengusahakan untuk mata kirinya agar bisa
melihat. Anak sekecil ini masih panjang perjalanannya. Ia bisa berbuat banyak
hal untuk kedepannya, semoga Airan bisa mendapatkan pengobatan yang terbaik
untuk penyakitnya,” tutur Ratna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar