Jumat, 28 Februari 2014

Airan Barat, Balita Penderita Retinoblastoma


Airan menangis
Tak ada yang aneh saat mengandung dan melahirkannya, Ia sehat dan ceria layaknya bayi biasa. Hingga pada saat usianya menginjak 1 tahun 3 bulan. Anak kedua dari pasangan Siti dan Martono harus menghadapi kenyataan yang cukup pahit bahwa anaknya terkena Retinoblastoma. Salah satu penyaki
t kanker yang menyerang bagian puupil mata, berbentuk tumor ganas primer pada anak yang tumbuh dengan cepat, dan berasal dari sel retina mata.

Berawal saat Airan Barat yang kerap disapa Airan berumur tujuh bulan, adik dari Aina Safitri ini. pada matanya terdapat bintik kecil berwarna putih. Saat itu kedua orang tuanya tidak begitu mempersoalkan, dan hanya membawa bayi laki-lakinyay tersebut ke salah satu Puskesmas di kampung halamannya, Subulussalam. Ahli kesehatan di Puskesmas yang memeriksa Airan saat itupun hanya memberikan obat tetes mata biasa.



“Waktu itu orang di puskesmas ya Cuma kasih tetes mata biasa aja dan tidak ada dibilang apa-apa yang lain. Kami juga pikir ini Cuma sakit mata biasa,” ujar Siti.
Hari berganti hari, namun bintik putih di pupil mata balita kelahiran 14 September 2012 ini tak kunjung hilang, bahkan kelihatan semakin besar dan merambah ke mata bagian kirinya.

Khawatir dengan keadaan indra penglihatan anaknya, dan karena kurangnya pengetahuan serta penyuluhan kesehatan, kedua orang tuanya kembali membawa Airan, kali ini bukan ke Puskesmas, melainkan ke salah satu orang pintar atau dukun yang dipercaya oleh masyarakat dikampungnya dapat mengobati segala macam penyakit.

Airan Barat (kanan) dan Ibunya (Kiri)
Siti berkisah, Saat menjalani pengobatan pada dukun tersebut, mata airan dijilat, diludahi oleh sang dukun dan diperintahkan untuk tidak makan makanan tertentu. Bukan semakin sembuh, dukun yang diharapkan bisa mengobati malah memberi petaka bagi bayi malang itu. Tak ayal, mata Airanpun semakin parah, bukan hanya bintik putih lagi, matanya malah membengkak keluar sebesar bola pingpong dan tak dapat melihat lagi.

“Kami kira bisa sembuh, tapi malah makin parah berobat ke dukun itu, jadi ya pilihan terakhir kami adalah membawa Airan ke Banda Aceh,” Ujar Siti.

Di Rumah Sakit Umum Zainal Abidin (RSUZA) Banda Aceh, selama dua minggu Airan diacuhkan dan tidak ditangani sedikitpun. Apa hendak dikata, kedua orang tuanya hanya mengeluh tanpa bisa berbuat apapun karena kekurangan dalam hal ekonomi. Mereka pun menginap di Rumah Singgah, yaitu sebuah gedung bekas Rumah Sakit Umum lama yang diperuntukkan bagi pasien luar daerah yang tidak mampu,

Saat ini di RSUZA, Airan  menjalani enam kali Kemotherapy. Dimulai dari awal bulan Januari lalu, ia menjalani Kemo pertamanya. Layaknya Kemotherapy pada orang dewasa, pasien ruang rambutan di Rumah Singgah inipun merasa sangat kesakitan dan menangis sejadi-jadinya hingga ia sempat mengeluarkan air mata berwarna merah. Ya, air mata darah keluar dari kedua matanya.

Kemo keduapun juga dijalaninya dengan sangat menyedihkan. Betapa tidak, kembali lagi ia menangis sejadi-jadinya, tangan kirinya membiru akibat suntikan-suntikan yang diterimanya, belum lagi berat badan dan Hb tubuhnya  yang semakin berkurang drastis. Airan juga tidak diperbolehkan dibawa keluar ruangan ataupun terkena kipas angin karena takut matanya terinfeksi.

Pendiri GePeKa (Gerakan Peduli Kasih Anak Kanker) Aceh, Ratna Eliza mengatakan, kini Airan hanya mengikuti Kemotherapy saja hingga kemo yang keenam, karena pihak RSUZA tidak berani untuk menanganinya lebih lanjut. Hal itu disebabkan keterbatasan pada alat dan dokter spesialis kanker anak di rumah sakit itu.

Menurut Hasil Rongent, kedua mata Airan positif terkena kanker. Mata kanannya sudah tidak bisa diselamatkan lagi karena sel kanker sudah merambat hingga ke kepalanya. Namun mata kirinya masih ada kemungkinan dapat melihat. Saat inipun Ratna juga sedang berusaha untuk merujuk Putra satu-satunya dari pasangan Siti dan Martono ini ke Jakarta, tapi semua itu tergantung pada dokter yang menanganinya di Rumah Sakit ini.

“Kasihan Airan, maunya kalo memang mata kanannya tidak bisa diselamatkan, setidaknya kita mengusahakan untuk mata kirinya agar bisa melihat. Anak sekecil ini masih panjang perjalanannya. Ia bisa berbuat banyak hal untuk kedepannya, semoga Airan bisa mendapatkan pengobatan yang terbaik untuk penyakitnya,” tutur Ratna.

Kini Siti dan Martono suaminya hanya pasrah pada kehendak Allah swt atas apa yang diterima oleh anak mereka. Mereka hanya berharap buah hatinya dapat melihat walaupun hanya dengan satu mata saja.[]




Tidak ada komentar:

Posting Komentar